Rembang- & Bekasi
Rembang – Bekasi – Telkomsel sub divisi PT. TELKOM mencurangi konsumen atau pelanggannya setiap membeli atau mengisi kuota internet. Pengalaman saya setiap mengisi kuota sekitar 10 GB (Giga Byte) hanya 3,79 GB yang dapat dipergunakan untuk berinternet.
Modus kecurangannya adalah sebagai berikut : Jika konsumen membeli 10 GB kouta begitu diisi oleh kounter atau Grapari telkomsel, maka pada menu aktivasi watsaap (WA) tertulis : pada kolom kanan 1,21 GB digunakan, di bawahnya tertulis Batas 5 GB; pada waktu itu Wa belum kami aktifkan atau belum gunakan data sama sekali. Pada kolom kiri Wa tertulis Tsel-Pakai Masker, dibawahnya tertulis 3 Agt – 2 Sep, padahal kami isi kuota pada tanggal 7 Agt 2021. (tampilan diatas dapat dideteksi oleh HP tertentu seperti HP Huangmi F8)
10 GB tulisan spidol dilingkari
Pada saat kuota sudah aktif, pengguna Wa menerima pesan sms dari telkomsel berisi pesan bahwa data selluler Anda sudah aktif dan jumlah kuota terbagi atas: OMG dan lain-lain dengan jumlah 10 GB atau 13 GB, 16 GB (tergantung jumlah kuota yang dibeli di kounter atau grapari), namun sayangnya sms tersebut hanya untuk mengecoh perhatian konsumen atau pelanggan agar kuota yang sudah dipreteli (dikurangi) sebelum masuk ke Wa (whatsapp) tidak diperhatikan atau tidak diketahui oleh konsumen simpati dan AS.
tanggal 7 – 8 – 2021 isi kuota data
Bisa dibayangkan berapa kerugian konsumen telkomsel atau pengguna kartu simpati dan AS di satu sisi dan disisi lain berapa bayak uang yang diambil secara tidak halal oleh PT. Telkom TBK (Telkomsel)? dari rakyat Indonesia.
Mari kita kalkulasi secara kasar : misalkan 1 (satu) konsumen membeli kuota sebesar 10 GB seharga Rp. 65.000,- di kounter pulsa, atau Rp 57.000,- di Grapari telkomsel. Kalau harga per 10 GB dirata-rata Rp. 60.000,-, maka, setiap satu GB =Rp 6000,- nah kalau telkomsel mengambil 1GB – 4 GB per pembelian 10 GB oleh konsumen maka menjadi 4 x Rp 6000,- = Rp 24.000,- per konsumen uang yang diambil. Jadi kalau dikalikan dengan jumlah konsumen telkomsel saat ini sekitar 160.000.000 jiwa pelanggan, maka menjadi Rp. 24.000,- x 160.000.000 = 3,84 Trilliun. Itu baru asumsi satu kali pembelian per pelanggan, bagaimana kalau satu pelanggan membeli 3 x dalam sebulan seperti yang saya lakukan karena 10 GB tadi tidak cukup untuk bertinternet selama sebulan karena isi kuota yang sebenarnya hanya 3,79 GB yang diperoleh oleh konsumen setiap pembelian 10 GB atau lebih (13 GB, 16 GB dst dapatnya 3,79 GB) diatas 16 GB kami belum tahu angka GB yang diperoleh karena belum pernah kami membeli kuota sebesar itu. Angka rata-rata ini sebagai asumsi terendah ke sedang karena pada pembelian kuota 13 dan 16 GB, di WA juga tertulis Batas 5 GB pada kolom kanan, kami perkirakan 4 GB karena 1 GB diasumsi sebagai pulsa Hp yang sebenarnya tidak perlu karena yang dibutuhkan konsumen adalah kuota internet kenapa harus kuota di alihkan ke pulsa Hp jumlah potongan kuota internet konsumen sangat besar dan konsumen dikecoh oleh angka puluhan GB padahal hanya mendapat 3,79 satuan GB kan aneh.
Jadi asumsi hasil kecurangan ini jika dikali per tahun berkisar antara Rp. 3,84 Trilliun – Rp. 11,52 Ttrilliun per bulan x 12 Bulan = Rp. 46,08 Trilliun – Rp. 138,24 Trilliun per tahun, sangat fantastis dan kemana uang rakyat itu disimpan atau digunakan?