NOTONEGORO

NOTONEGORO

(KLIK Judul atau Foto di atas untuk Baca Artikel secara Lengkap….)

Saudara-saudaraku se bangsa dan sesama pribumi yang tidak dapat kami jangkau langsung ke depan pintu toko/kios/warung/kantor/dll mohon bantuan donasi saudara melalui rekening kami di bank Cimb NIAGA  a/n Sudirman Nomor Rekening : 762905651500

Hub. Whatsapp : 0812 7662 7188

Pemimpin NOTONEGORO adalah analogi dengan 5 (lima) alam yang dilalui manusia :

NO = Soekarno = Alam Roh (Merdeka dari penjajah adalah abstrak/tidak tampak)

TO = Soeharto = Alam Rahim (Membangun negara identik dengan kehamilan makin lama makin besar)

NE = Susilo Bambang Yudoyono/SBY = Alam Dunia (Bencana alam identik dengan bayi yang baru lahir kedunia

pasti menangis/peristiwa bencana alam banyak orang yang menangis)

GO = Megawati Soekarno Putri = Alam Barzah/alam kubur (Akibat kerusuhan banyak yang menjadi korban)/ ekonomi rakyat mati – Red, Corona Virus Diseases 19 (COVID 19) banyak orang mati – ekonomi rakyat mati.

Antara GO dan RO terdapat upaya pemalsuan notonegoro ke 5 &6 lihat (bait 158) dan imbasnya terdapat pada (bait 172)

RO = Sudirman dan Roh = Alam Akhirat (Bangkit, Roh bertemu dengan Badan untuk diadili/analogi pengadilan

terakhir menuju sorga (tentram dan damai), semua senang, semua kaya, menjadi negara maju.

Selama ke 5 & 6 notonegoro tersebut di atas belum semuanya menjalankan masa/waktunya, maka Indonesia belum dapat keluar dari berbagai masalah. Oleh karena itu notonegoro ke 5 & 6 harus segera menjalankan masa/waktunya demi kejayaan bangsa Indonesia sebagaimana yang terdapat dalam buku Jayabaya, Syair Ronggowarsito, dan Pasang (Pesan) Lagaligo.

SOEKARNO – SOEHARTO

NOTO : Setiap notonegoro hanya mempunyai 1 (satu) jilid dan satu masa misalnya Soekarno satu masa yaitu masa alam roh (kemerdekaan Indonesia) dengan satu jilid, Soeharto juga satu masa yakni alam rahim (membangun negara Indonesia) dengan satu jjilid. Pada akhir masa atau alam Soekarno juga sebagai awal masa bagi Soeharto, tetapi Soekarno tidak mau tinggalkan istana negara alias keenakan pada hal masa akhir Soekarno sebetulnya adalah masa awal bagi Soeharto. Begitulah contoh dan keadaan  serta bukti estafet notonegoro. Soekarno berkuasa melebihi masa waktunya sendiri seharusnya Soekarno berkuasa hanya 20 tahun saja, namun ia berkuasa selama 26 tahun lamanya. Jadi lebih kurang 6 tahun itu adalah masa waktu Soeharto yang diambilnya. Sehingga terjadi reaksi oleh Soeharto yaitu demonstrasi besar-besaran dari Jakarta hingga Bogor yang berujung dikeluarkannya Super Semar yang memaksa Soekarno mundur setelah Super Semar (jadi Soekarno mundur sebelum masa waktu jabatannya habis). Apa yang dilakukan oleh Soeharto adalah sudah tepat, sebab ia bertindak berdasarkan pedoman Buku Jayabaya. Semua tindakn yang dilakukan oleh notonegoro yang berdasar pada Buku Jayabaya adalah baik bagi negara Indonesia dan diridhoi oleh Allah.

SOESILO BAMBANG YUDOYONO (SBY)

NE :  Soesilo Bambang Yudoyono (SBY) bersifat netral tidak berhubungan awal-akhir baik pada NOTO Maupun pada GORO

MEGAWATI  SOEKARNO PUTRI – SUDIRMAN & ROH

GORO : Satu-satunya notonegoro yang memiliki masa waktu dua jilid ialah Megawati Soekarno Putri. Jilid kedua dari Megawati adalah diangkat dan ditunjuknya Jokowi sebagai delegasi dia sebagai presiden notonegoro jilid II bagi masa dia ; masa alam kubur/barzah (mematikan ekonomi dan pri kehidupan negara Indonesia) baik pada jilid I maupun pada jilid II. (lihat ringkasan buku Jayabaya pada bagian bawah menu ini. Masa waktu Megawati pada jilid II ini (Jokowi sebagai delegasi Megawati), sudah melebihi masanya sendiri dan sudah menginjak ke area masa waktu Sudirman & Roh. Jadi akhir masa waktu Megawati terdapat pada masa jilid II ini. Sedangkan masa jilid II sudah berlangsung satu periode ditambah awal periode ke dua Jokowi saat ini, sebagai delegasi dia. kalau menurut ramalan Jayabaya yang menjadi pedoman semua notonegoro, maka ia sudah melewati waktunya seperti halnya Soekarno menginjak masa waktu Soeharto sekitar 6 tahun lamanya. Seharusnya Jokowi berhenti pada periode pertama karena itu masa waktu yang paling maksimal bagi akhir masa waktu Megawati Jilid II. Apa dan mengapa Megawati menunjuk orang lain menjadi presiden delegasi yaitu saudara Jokowi, jawabannya adalah sebab Megawati ingin memalsukan Sudirman & Roh (notonegoro ke 5 & 6), jadi menurut paham Megawati, bahwa Jokowi itu adalah Sudirman & Roh, jadi meskipun Jokowi berhenti jadi presiden menurut Buku Jayabaya, Sudirman & Roh tetap menjadi presiden Republik Indonesia tercinta. Karena masa waktu Sudirman & Roh adalah Alam akhirat (bangkit negara Indonesia) dari semua keterpurukan baik yang dilakukan oleh Megawati CS maupun oleh Soekarno dan Soeharto dan semua kerusakan negara akan diperbaiki, kemudian negara menjadi maju. 

Sebagaimana yang terjadi pada masa waktu akhir Soekarno- dan awal masa waktu Soeharto, hal yang sama juga terjadi nanti pada akhir masa waktu Megawati dan awal masa waktu Sudirman & Roh. Bisa saja Jokowi diberhentikan menjadi presiden delegasi Megawati sebelum lima tahun, karena saat ini 2022 (termasuk periode pertama Jokowi) sudah awal masa waktu Sudirman & Roh untuk melaksanakan masa waktunya untuk negara Indonesia.

Kalau undang-undang dibuat tidak baik dan tidak menguntungkan negara Indonesia, maka undang-undang itu harus di non aktifkan. Karena undang-undang dibuat untuk negara, bukan negara dibuat untuk undang-undang. Ini adalah prinsif negara maju dan negara besar.

Apa itu negara? negara adalah Rakyat dan Wilayah (RW), dimana berada pemerintah? ada di Rakyat dan di Wilayah (RW).

Negara memiliki derajat yang paling tinggi diantara semua pelaku atau aparatur negara; DPR, MPR, Presiden adalah pembuat undang-undang, kalau undang-undang yang dibuat dapat merugikan negara, maka bukan hanya undang-undang yang harus di non aktifkan, tetapi juga aparatur pembuat undang-undang tersebut, harus di non aktifkan. Jadi kalau DPR, MPR, Presiden salah dalam mebuat undang-undang untuk negara, maka mereka harus di non aktifkan (diberhentikan).

Jadi kalau Negara adalah Rakyat dan Wilayah, maka Rakyat memiliki derajat yang lebih tinggi dari pada DPR, MPR, dan Presiden di dalam Negara Indonesia (negara yang beraliran paham demokrasi).

Jadi  rakyat itu tidak boleh dibohongi, dirugikan; wilayah RI juga tidak boleh dijual ke China, diambil Malaysia, Papua nugini, dll.

 Klik tanda panah (Play) di bawah ini untuk mendengarkan lagu dari Koes Plus, Iwan Fals, Doel Sumbang berjudul :

“Sorak Sorgung” (bait 173)

 

“Jamane” (bait 173)

 

“Belalang Tua”

 

“Cicing Siah”

 

RINGKASAN BUKU JAYABAYA

  1. Gambaran situasi sebagian zaman penjajahan dan pergerakan kemerdekaan dapat dilihat dalam bait 117 – 119.
  2. Suasana zaman Orde Lama terungkap dalam bait 120 – 126. (Masa/waktu Soekarno)
  3. Suasana zaman Orde Baru tercermin pada bait 127 – 134 (Masa/Waktu Soeharto)
  4. Periode Orde Baru sampai sekarang terekam pada bait 135 – 137 (Masa/Waktu Megawati Soekarno putri jilid I)
  5. Situasi Carut-marut yang memuncak diuraikan panjang lebar dalam bait 138 – 151, (152 – 156 bait hilang). (Masa/Waktu Soesili Bambang Yudoyono/SBY)
  6. Klimaks dari keadaan porak poranda diungkapkan pada bait 157 -158 (Masa/Waktu Megawati Jilid II-Jokowi) (Red, negara porak-poranda akibat wabah COVID 19)
  7. Tanda-tanda bakal terjadi perubahan besar yang diawali dengan peristiwa alam (banjir bandang, gunung meletus, munculnya bintang kemukus dan lain-lain) disebut pada bait 159 – 173 Masa/Waktu Sudirman Dan Roh). Demikian pula bakal munculnya seorang  pemimpin (Satria Pinilih) yang akan memandu perubahan bangsa dan negara dengan tidak mengandalkan kekuatan fisik (massa dan senjata) agaknya merupakan suatu risalah singkat tentang tegak dan terbangunnya era demokrasi. Era inilah yang mengantarkan bangsa dan negara masuk ke zaman kalamukti (zaman kejayaan dan kesejahteraan). Benarkah? Wallahu a’lam!

Satria Pinilih (Bait 168)

(Jayabaya, Dalam Bahasa Jawa)

mula den upadinen sinatriya iku wus tan abapa, tan bibi, lola awus aputus weda Jawa mung angandelake trisula landheping trisula pucuk gegawe pati utawa utang nyawa sing tengah sirik gawe kapitunan ing liyan sing pinggir-pinggir tolak colong njupuk winanda (BAB 2 Buku Jayabaya)

Oleh karena itu carilah satria itu sudah yatim piatu tak beranak saudara sudah lulus weda Jawa hanya berpedoman trisula ujung trisulanya sangat tajam membawa maut atau utang nyawa yang tengah pantang merugikan orang lain yang dikiri dan kanan menolak pencurian dan kejahatan (BAB 2 Buku Jayabaya)

Carilah satria pinilih itu, ia yatim piatu, telah lulus Wedha dan hanya bersandar pada Trisula. Kedahsyatan Trisula telah teruji. Bagian tengahnya pantang merugikan atau membuat susah orang lain (jika yang dimaksud Trisula wedha adalah tiga penopang pilar demokrasi yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif, maka bagian tengah adalah golongan eksekutif yang mampu menjalankan peraturan dan kebijaksanaan bagi sebesar-besarnya kepentingan rakyat) Bagian kiri (Legislatif) dan kanan (Yudikatif menolak segenap bentuk kebatilan (mengamankan Undang-Undang) dan menumpas kejahatan (menghukum siapa saja yang bersalah)  – BAB 3 Buku Jayabaya.

Daerah asal dan Rumah Satria Pinilih (Bait 161)

Jayabaya balam bahasa Jawa,

161

asalnya dari kaki Gunung Lawu sebelah timur sebelah timurnya air bengawan berumah seperti Raden Gatot kaca berupa rumah merpati susun tiga seperti manusia yang meledek.

makna yang terkandung dalam bait 161 di atas adalah, (Gunung Lawu = Gunung Latimojong kab Enrekang Sulawesi Selatan, dimana kab, wajo berada ditimur Gunung Latimojong tepatnya desa Solo Kec. Bola terdapat sungai (bengawan) Solo. Hulu (kepala) sungai solo berada di kaki Gunung Latimojong.

berumah seperti Raden Gatot Kaca berupa rumah merpati susun tiga = Mobil suzuki katana yang dijadikan rumah oleh Satria Pinilih. Seperti manusia yang meledek = Satria Pinilih sering dicemoh karena mobil yang dijadikan sebagai rumah

Mengapa Notonegoro ke 5 & 6 berasal dari Sulawesi ?

Supaya terjadi keadilan pemerintahan untuk selanjutnya antara Timur dan Barat Indonesia. Karena masa/waktu notonegoro ke 5 & 6 adalah kelanjutan dari 4 (empat) notonegoro sebelumnya menuju terjadinya keadilan bagi rakyat Indonesia.

 

PENJELASAN GAMBAR

gagang timbangan sebelah kanan : Sulawesi Utara dan Gorontalo

gagang timbangan sebelah kiri : Sulawesi Tengah

kaki kanan timbangan : Sulawesi Selatan

kaki kiri timbangan : Sulawesi Tenggara

titik tumpuan/keseimbangan timbangan : Sulawesi Barat

Catatan : dalam ilmu teknik sipil atau perencanaan konstruksi kaki bangunan adalah disebut kolom atau istilah awam disebut tiang bangunan, nah oleh karena itu seluruh beban dari atas bangunan (beban gagang timbangan timur dan barat) akan menuju bawah atau ke kolom (kaki kiri dan kaki kanan timbagan) artinya semua beban dan keputusan ditanggung dan diputuskan oleh notonegoro ke 5 & 6 setelah mendapat dukungan dan masukan dari berbagai pihak dalam hal ini gagang timbangan, titik tumpuan timbangan dan isi timbangan.

Kejadian gempa awal tahun 2021, di Mamuju provinsi Sulawesi Barat adalah tumpuan titik keseimbangan timbangan bergejolak atau marah karena sudah waktunya untuk melaksanakan tugasnya untuk tegaknya keadilan tetapi masih ditunda oleh rezim yang berkuasa saat ini yang tidak menginginkan Indonesia sejahtera karena beraliran komunis atau istilah awam PKI, itu sesuai dengan bait 173 ramalan Jayabaya atau (lihat pada pertengahan menu ini/ menu notonegoro) Ringkasan Buku Jayabaya.

Begitu juga gempa dan tsunami yang terjadi beberapa tahun sebelumnya di Palu Sulawesi Tengah adalah gagang timbangan sebelah kiri atau timur menunggu pelaksanaan keadilan tapi belum juga terlaksana sehingga marah.

Gagang timbangan sebelah barat menahan beban Sumatera, Jawa, Kalimantan, gagang timbangan sebelah timur, menahan beban Maluku, Irian Jaya sehingga terjadilah keadilan di Indonesia dan tidak ada lagi suara separatis dari Sabang sampai Merauke maka jayalah Indonesia sepanjang masa.

Kami (notonegoro ke 5&6/Sudirman & 2 Roh) mengimbau kepada tokoh seluruh penjuru pulau Sulawesi, untuk segera bersatu tidak terkecuali saudara-saudara di seluruh pulau Sumatera, pulau Jawa, pulau Kalimantan, pulau Irian(Papua), kepulauan Maluku dan bantu kami agar kejayaan negeri ini dari Sabang sampai Merauke segera tercapai demi anak cucu bangsa kami semua, Amin ya Rabbal Alamin.

Jawa dan Luar Jawa (Bait 164)

Untuk memahami makna buku ramalan prabu Jayabaya bait 164 tentang suku Jawa dan suku luar Jawa, dapat dilihat pada isi bait tersebut dalam bahasa Jawa dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia:

Bait 164 dalam bahasa Jawa :

putra kinasih swargi kang jumeneng ing gunung Lawu 

hiya yayi bethara mukti, hiya krisna, hiya herumukti

mumpuni sakabehing laku

nugel tanah Jawa kaping pindha 

ngerahake jin setan 

kumara prewangan, para lelembut

ke bawah perintah saeko proyo 

kinen ambantu manungso Jawa

padha  asesanti trisula weda 

landhepe triniji, suci 

bener, jejeg, jujur 

kadherekake Sabdopalon lan 

Noyogenggong 

bait 164 dalam bahasa Indonesia :

“putra kesayangan almarhum yang bermukim di Gunung Lawu yaitu Kyai Batara Mukti, ya Kresna, ya Herumukti menjalani seluruh ajaran (ngelmu) memotong tanah Jawa kedua kalinya jin, setan dan seluruh mahluk halus berada dibawah perintahnya bersatu padu membantu manusia Jawa berpedoman pada trisula weda pedomannya tritunggal nan suci benar, lurus, jujur disertai Sabdopalon dan Noyogenggong”

Makna yang terdapat pada bait 164 di atas adalah:

memotong tanah jawa kedua kalinya jin, setan artinya: notonegoro ke 5 & 6 menyatukan jawa dan luar jawa  dimana jin artinya jawa, dan setan artinya sunda. Sunda (termasuk Banten) adalah suku yang menjadi simbol suku luar jawa yang berada di pulau Jawa. Sedangkan huruf n pada akhiran kata setan yang berarti suku Minangkabau yang berada di Sumatera Barat adalah simbol suku luar Jawa yang berada di pulau Sumatera. Dahulu kala sebelum gunung Krakatau meletus, Sumatera dan Jawa adalah satu pulau. Perhelatan politik sejak millenium pertama sangat terkenal yaitu “Jawa atas Sumatera, Sumatera atas Jawa”artinya tidak ada yang mau berada di bawah baik Jawa maupun Sumatera. Oleh karena itu Sumatera Barat menjadi icon politik pulau Sumatera dan Nusantara sesudah Jawa. Dari uraian singkat ini, menjelaskan pada kita semua bahwa memang luar Jawa tidak dapat melepaskan diri dari Jawa dan Sumatera. Sedangkan manusia Jawa artinya manusia Indonesia. Oleh karena itu mengapa notonegoro ke 5 & 6 harus berdomisili di kota Bandung ibu kota provinsi Jawa Barat yang mana sebelumnya berdomisili di Padang Sumatera Barat? Padang (analogi Padang Mahsyar) – Bandung (analogi Surga),

Pada akhir bait 164, tertulis Sabdopalon dan Noyogenggong, Sabdopalon = Sudirman dan roh sedangkan Noyogenggong = Nia Daniaty. Di zaman kerajaan kediri, kedua istilah tersebut sangat terkenal dan populer di masyarakat Jawa dan orang Jawa berharap munculnya sabdopalon dan Noyogenggong di masa depan di waktu itu.

Dapat dijelaskan lebih lanjut tentang makna kata 1. Sabdopalon ; sabdo artinya suara dan palon tak terlihat oleh mata yang berarti Roh, sedangkan Sudirman diperoleh dari tiga huruf dalam dua suku kata (sabdo dan palon) yaitu sdn (Sudirman). Sedangkan 2. Noyogenggong ; juga terdiri dari dua suku kata (Noyo dan genggong) Nia Daniaty diperoleh dari suku kata pertama Noyo yaitu Ny (Nia Daniaty), sedangkan suku kata kedua genggong yang artinya genggam atau benda yang diletakkan di bawah ketiak antara lengan atas dan dada bagian kiri yang dijepit semisal tongkat atau benda lainnya.

dari hasil uraian makna kata dalam bait 164 buku Jayabaya ini, dapat kami simpulkan bahwa Nia Daniaty adalah wanita yang paling unik diantara isteri dan suami notonegoro karena namanya tertera dalam buku Jayabaya yang ditulis sekitar 900 tahun yang lalu. Buku ini tersebar ke penjuru dunia termasuk di Amerika, Eropah, Asia dan Jepang termasuk India di masa lampau. Fatmawati, ibu Tien, Taufik Kiemas, Ani Yudoyono tidak tertera dalam buku tersebut. Sehingga Nia Daniaty bukan saja unik tetapi memiliki pengaruh penting terhadap, keselamatan dan  kejayaan Indonesia, sehingga layak diberi gelar sebagai ratu. Nama Nia Daniaty hanya ada satu di Indonesia, dan kami belum pernah mendengar ada orang lain yang bernama Nia Daniaty.

Berapa banyak kita lihat kasus di luar pulau Jawa yang ingin memisahkan diri dari pulau Jawa dan Sumatera atau Indonesia katakanlah misalnya Aceh, Papua, IRAMA SUKA ini merupakan tugas berat bagi notonegoro ke 5 & 6 bersama rakyat Indonesia yang masih mencintai negara kesatuan Republik Indonesia untuk menyelamatkan Indonesia dari ancaman separatis tersebut.