(KLIK Judul atau Foto di atas untuk Baca Artikel secara Lengkap….)
Suwidi Tono, Editor
“Ramalan Jayabaya
(Bagian Akhir)
Indonesia Masa Lampau
Masa Kini dan Masa Depan”
Beberapa kata di atas adalah Sampul depan buku Jayabaya
di dalam buku Jayabaya tidak ada suku kata yang tertulis Notonegoro dan tidak ada uraian analogi 5 alam yang dilalui manusia.
Lantas bagaimana caranya orang-orang terdahulu menyebut istilah notonegoro sebagai legenda pemimpin Indonesia masa depan?
ISTILAH NOTONEGORO
Pertama,
Muncul buku ramalan Jayabaya ditengah masyarakat Jawa sebelum Jepang masuk Indonesia.
Kedua,
Di dalam buku Jayabaya ada ciri-ciri karakter tokoh pergerakan kemerdekaan misalnya, Soekarno jadi ketika muncul dipublik sosok tersebut sesuai yang ada di buku, begitu juga munculnya Soeharto ciri-cirinya sama antara di buku dan di publik, dan seterusnya sampai notonegoro terakhir.
Ketiga,
Di dalam buku tersebut terdapat ringkasan bait untuk setiap notonegoro dimana kelompok bait untuk tiap notonegoro, mudah untuk dipahami masyarakat baik jenis kelamin, maupun awalan dan akhiran nama tokoh yang bersangkutan
ANALOGI 5 ALAM
Keempat,
Sedangkan analogi 5 alam, kami Sudirman dan 3 Roh yang mendapat petunjuk bahwa notonegoro adalah analogi/perumpamaan 5 alam yang harus dilalui semua manusia
NO TO NE GO RO
Pemimpin NOTONEGORO adalah analogi dengan 5 (lima) alam yang dilalui manusia :
NO = Soekarno = Alam Roh (Merdeka dari penjajah adalah abstrak/tidak tampak)
TO = Soeharto = Alam Rahim (Membangun negara identik dengan kehamilan makin lama makin besar)
NE = Susilo Bambang Yudoyono/SBY = Alam Dunia (Bencana alam identik dengan bayi yang baru lahir kedunia pasti menangis/peristiwa bencana alam banyak orang yang menangis)
GO = Megawati Soekarno Putri = Alam Barzah/alam kubur (Akibat kerusuhan banyak yang menjadi korban)/ ekonomi rakyat mati – Red, Corona Virus Diseases 19 (COVID 19) banyak orang mati – ekonomi rakyat mati.
Antara GO dan RO terdapat upaya pemalsuan notonegoro ke 5 & 6 lihat bait 172 BAB III Buku Jayabaya
RO = Sudirman dan Roh = analogi (diibaratkan) sebagai Alam Akhirat : Bangkit, Roh bertemu dengan Badan untuk diadili/analogi pengadilan terakhir sebelum menuju sorga (tentram dan damai), semua senang, semua kaya, menjadi negara maju. Analogi alam akhirat ini dimaknai oleh bait 160, bait 164, bait 167, bait 165, bait 162, bait 163 166, bait 168, bait 169, 171, dan 173 buku Jayabaya.
Selama notonegoro ke 5 & 6 tersebut di atas belum semuanya menjalankan masa/waktunya, maka Indonesia belum dapat keluar dari berbagai masalah. Oleh karena itu notonegoro ke 5 & 6 harus segera menjalankan masa/waktunya demi kejayaan bangsa Indonesia sebagaimana yang terdapat dalam buku Jayabaya bait 173 (bait terakhir), selain dalam buku Jayabaya, tentang notonegoro terutama notonegoro terakhir, dapat juga dilihat pada Syair Ronggowarsito, dan Pasang (Pesan) Lagaligo.
SOEKARNO – SOEHARTO
NOTO : Setiap notonegoro hanya mempunyai 1 (satu) jilid dan satu masa misalnya Soekarno satu masa yaitu masa alam roh (kemerdekaan Indonesia) dengan satu jilid, Soeharto juga satu masa yakni alam rahim (membangun negara Indonesia) dengan satu jjilid. Pada akhir masa atau alam Soekarno juga sebagai awal masa bagi Soeharto, tetapi Soekarno tidak mau tinggalkan istana negara alias keenakan pada hal masa akhir Soekarno sebetulnya adalah masa awal bagi Soeharto. Begitulah contoh dan keadaan serta bukti estafet notonegoro. Soekarno berkuasa melebihi masa waktunya sendiri seharusnya Soekarno berkuasa hanya 20 tahun saja, namun ia berkuasa selama 26 tahun lamanya. Jadi lebih kurang 6 tahun itu adalah masa waktu Soeharto yang diambilnya. Sehingga terjadi reaksi oleh Soeharto yaitu demonstrasi besar-besaran dari Jakarta hingga Bogor yang berujung dikeluarkannya Super Semar yang memaksa Soekarno mundur setelah Super Semar (jadi Soekarno mundur sebelum masa waktu jabatannya habis). Apa yang dilakukan oleh Soeharto adalah sudah tepat, sebab ia bertindak berdasarkan pedoman Buku Jayabaya. Semua tindakn yang dilakukan oleh notonegoro yang berdasar pada Buku Jayabaya adalah baik bagi negara Indonesia dan diridhoi oleh Allah.
SOESILO BAMBANG YUDOYONO (SBY)
NE : Soesilo Bambang Yudoyono (SBY) bersifat netral tidak berhubungan awal-akhir baik pada NOTO Maupun pada GORO
MEGAWATI SOEKARNO PUTRI – SUDIRMAN & ROH
GORO : Satu-satunya notonegoro yang memiliki masa waktu dua jilid ialah Megawati Soekarno Putri. Jilid kedua dari Megawati adalah diangkat dan ditunjuknya Jokowi sebagai delegasi dia sebagai presiden notonegoro jilid II bagi masa dia ; masa alam kubur/barzah (mematikan ekonomi dan pri kehidupan negara Indonesia) baik pada jilid I maupun pada jilid II. (lihat ringkasan buku Jayabaya pada bagian bawah menu ini. Masa waktu Megawati pada jilid II ini (Jokowi sebagai delegasi Megawati), sudah melebihi masanya sendiri dan sudah menginjak ke area masa waktu Sudirman & Roh. Jadi akhir masa waktu Megawati terdapat pada masa jilid II ini. Sedangkan masa jilid II sudah berlangsung satu periode ditambah awal periode ke dua Jokowi saat ini, sebagai delegasi dia. kalau menurut ramalan Jayabaya yang menjadi pedoman semua notonegoro, maka ia sudah melewati waktunya seperti halnya Soekarno menginjak masa waktu Soeharto sekitar 6 tahun lamanya. Seharusnya Jokowi berhenti pada periode pertama karena itu masa waktu yang paling maksimal bagi akhir masa waktu Megawati Jilid II. Apa dan mengapa Megawati menunjuk orang lain menjadi presiden delegasi yaitu saudara Jokowi, jawabannya adalah sebab Megawati ingin memalsukan Sudirman & Roh (notonegoro ke 5 & 6), jadi menurut paham Megawati, bahwa Jokowi itu adalah Sudirman & Roh, jadi meskipun Jokowi berhenti jadi presiden menurut Buku Jayabaya, Sudirman & Roh tetap menjadi presiden Republik Indonesia tercinta. Karena masa waktu Sudirman & Roh adalah Alam akhirat (bangkit negara Indonesia) dari semua keterpurukan baik yang dilakukan oleh Megawati CS maupun oleh Soekarno dan Soeharto dan semua kerusakan negara akan diperbaiki, kemudian negara menjadi maju.
Sebagaimana yang terjadi pada masa waktu akhir Soekarno- dan awal masa waktu Soeharto, hal yang sama juga terjadi nanti pada akhir masa waktu Megawati dan awal masa waktu Sudirman & Roh. Bisa saja Jokowi diberhentikan menjadi presiden delegasi Megawati sebelum lima tahun, karena saat ini 2022 (termasuk periode pertama Jokowi) sudah awal masa waktu Sudirman & Roh untuk melaksanakan masa waktunya untuk negara Indonesia.
Kalau undang-undang dibuat tidak baik dan tidak menguntungkan negara Indonesia, maka undang-undang itu harus di non aktifkan. Karena undang-undang dibuat untuk negara, bukan negara dibuat untuk undang-undang. Ini adalah prinsif negara maju dan negara besar.
Apa itu negara? negara adalah Rakyat dan Wilayah (RW), dimana berada pemerintah? ada di Rakyat dan di Wilayah (RW).
Negara memiliki derajat yang paling tinggi diantara semua pelaku atau aparatur negara; DPR, MPR, Presiden adalah pembuat undang-undang, kalau undang-undang yang dibuat dapat merugikan negara, maka bukan hanya undang-undang yang harus di non aktifkan, tetapi juga aparatur pembuat undang-undang tersebut, harus di non aktifkan. Jadi kalau DPR, MPR, Presiden salah dalam mebuat undang-undang untuk negara, maka mereka harus di non aktifkan (diberhentikan).
Jadi kalau Negara adalah Rakyat dan Wilayah, maka Rakyat memiliki derajat yang lebih tinggi dari pada DPR, MPR, dan Presiden di dalam Negara Indonesia (negara yang beraliran paham demokrasi).
Jadi rakyat itu tidak boleh dibohongi, dirugikan; wilayah RI juga tidak boleh dijual ke China, diambil Malaysia, Papua Nugini, dll.
Klik tanda panah (Play) di bawah ini untuk mendengarkan lagu dari Koes Plus, Iwan Fals, Doel Sumbang berjudul :
“Sorak Sorgung” (bait 173)
“Jamane” (bait 173)
“Belalang Tua”
“Cicing Siah”
RINGKASAN BUKU JAYABAYA
- Gambaran situasi sebagian zaman penjajahan dan pergerakan kemerdekaan dapat dilihat dalam bait 117 – 119.
- Suasana zaman Orde Lama terungkap dalam bait 120 – 126. (Masa/waktu Soekarno)
- Suasana zaman Orde Baru tercermin pada bait 127 – 134 (Masa/Waktu Soeharto)
- Periode Orde Baru sampai sekarang terekam pada bait 135 – 137 (Masa/Waktu Megawati Soekarno putri jilid I)
- Situasi Carut-marut yang memuncak diuraikan panjang lebar dalam bait 138 – 151, (152 – 156 bait hilang). (Masa/Waktu Soesili Bambang Yudoyono/SBY)
- Klimaks dari keadaan porak poranda diungkapkan pada bait 157 -158 (Masa/Waktu Megawati Jilid II-Jokowi) (Red, negara porak-poranda akibat wabah COVID 19)
- Tanda-tanda bakal terjadi perubahan besar yang diawali dengan peristiwa alam (banjir bandang, gunung meletus, munculnya bintang kemukus dan lain-lain) disebut pada bait 159 – 173 Masa/Waktu Sudirman Dan Roh). Demikian pula bakal munculnya seorang pemimpin (Satria Pinilih) yang akan memandu perubahan bangsa dan negara dengan tidak mengandalkan kekuatan fisik (massa dan senjata) agaknya merupakan suatu risalah singkat tentang tegak dan terbangunnya era demokrasi. Era inilah yang mengantarkan bangsa dan negara masuk ke zaman kalamukti (zaman kejayaan dan kesejahteraan). Benarkah? Wallahu a’lam!
Satria Pinilih: Satria Piningit (Bait 168)
Bait 168 (Bahasa Jawa)
mula den upadinen sinatriya iku wus tan abapa, tan bibi, lola awus aputus weda Jawa mung angandelake trisula landheping trisula pucuk gegawe pati utawa utang nyawa sing tengah sirik gawe kapitunan ing liyan sing pinggir-pinggir tolak colong njupuk winanda
Bait 168 (bhs Indonesia) BAB 2
“Oleh karena itu carilah satria itu sudah yatim piatu tak beranak saudara sudah lulus weda Jawa hanya berpedoman trisula ujung trisulanya sangat tajam membawa maut atau utang nyawa yang tengah pantang merugikan orang lain yang dikiri dan kanan menolak pencurian dan kejahatan”
Bait 168 (bhs Indonesia) BAB 3
Carilah satria pinilih itu, ia yatim piatu, telah lulus Wedha dan hanya bersandar pada Trisula. Kedahsyatan Trisula telah teruji. Bagian tengahnya pantang merugikan atau membuat susah orang lain (jika yang dimaksud Trisula wedha adalah tiga penopang pilar demokrasi yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif, maka bagian tengah adalah golongan eksekutif yang mampu menjalankan peraturan dan kebijaksanaan bagi sebesar-besarnya kepentingan rakyat) Bagian kiri (Legislatif) dan kanan (Yudikatif menolak segenap bentuk kebatilan (mengamankan Undang-Undang) dan menumpas kejahatan (menghukum siapa saja yang bersalah)
Bait 168 (Makna atau Arti)
Satria Pinilih : Satria Piningit adalah 3 (tiga) kembar Roh. Tengah kembar Roh bibi saya, Kanan kembar Roh saya, Kiri kembar Roh anak saya. Pada bait 164 kami disebut “Sabdopalon dan Niyogenggong”.
Sabdopalon = Sudirman,
Noyogenggong = Satria Pinilih (3 Roh)
jadi Sudirman dan Satria Pinilih,
atau Sudirman dan 3 Roh
Jadi kami ber 4 (empat) Akan memimpin Revolusi Indonesia. Untuk selamatkan Indonesia.
Daerah asal dan Rumah Satria Pinilih (Bait 161)
Bait 161 (bahasa Jawa)
dunungane ana sikil redi Lawu sisi wetan wetane bengawan banyu andhedukuh pindha Raden Gatotkaca arupa pagupon dara tundha tiga kaya manungsa angleledha.
Bait 161 (bhs Indonesia)
asalnya dari kaki Gunung Lawu sebelah timur sebelah timurnya air bengawan berumah seperti Raden Gatot kaca berupa rumah merpati susun tiga seperti manusia yang meledek.
Makna atau Arti bait 161:
Asalnya dari Solo Wajo kaki Gunung Latimojong, dimana kab, wajo berada di sebelah timur Gunung Latimojong tepatnya desa Solo Kec. Bola terdapat sungai besar dan sangat panjang (bengawan) disebut wailennae Solo = bengawan solo.
Mobil Suzuki Katana sebagai tempat tinggal terdiri atas 1 kepala, 2 bodi. 3 bagasi atau rak barang (berumah seperti Raden Gatot Kaca berupa rumah merpati susun tiga) sebagai tempat menemukan makna bait-bait buku Jayabaya (Seperti manusia yang meledek)
Mencari Makna atau Arti Bait demi Selamatkan dan memajukan Negara
Sudah 5 (lima) tahun kami tidur di mobil ini untuk mencari makna bait sekaligus melaksanakan bait di 3 (tiga) pulau besar Indonesia Jawa-Sumatera-Sulawesi., demi “Selamatkan dan Majunya Negara”
Sudah lima tahun terakhir ini juga (2000-2024) semua usaha kami macet karena kami tidak urus orang yang dipercaya malah melenceng dari komitmen sehingga kami bangkrupt, yang tersisa hanya +- 100 hektar kawasan hutan rakyat di Pulau Buru yang berisi kayu meranti +- 5000 m3 yang belum diolah dan 1 hektar lahan transmigrasi di Pulau Seram Maluku. Status Konsultan pasif selama 4 tahun alias tidak mengerjakan proyek.
Hidup selama lima tahun terakhir makan dari uang sumbangan masyarakat yang kami minta secara sukarela (bait 169) untuk biaya hidup dan biaya penyelesaian bait-bait yang memerlukan biaya.
Mengapa Notonegoro ke 5 & 6 berasal dari Sulawesi ?
Supaya terjadi keadilan pemerintahan untuk selanjutnya antara Timur dan Barat Indonesia. Karena masa/waktu notonegoro ke 5 & 6 adalah kelanjutan dari 4 (empat) notonegoro sebelumnya menuju terjadinya keadilan bagi rakyat Indonesia.
PENJELASAN GAMBAR
gagang timbangan sebelah kanan : Sulawesi Utara dan Gorontalo
gagang timbangan sebelah kiri : Sulawesi Tengah
kaki kanan timbangan : Sulawesi Selatan
kaki kiri timbangan : Sulawesi Tenggara
titik tumpuan/keseimbangan timbangan : Sulawesi Barat
Catatan : dalam ilmu teknik sipil atau perencanaan konstruksi kaki bangunan adalah disebut kolom atau istilah awam disebut tiang bangunan, nah oleh karena itu seluruh beban dari atas bangunan (beban gagang timbangan timur dan barat) akan menuju bawah atau ke kolom (kaki kiri dan kaki kanan timbagan) artinya semua beban dan keputusan ditanggung dan diputuskan oleh notonegoro ke 5 & 6 setelah mendapat dukungan dan masukan dari berbagai pihak dalam hal ini gagang timbangan, titik tumpuan timbangan dan isi timbangan.
Kejadian gempa awal tahun 2021, di Mamuju provinsi Sulawesi Barat adalah tumpuan titik keseimbangan timbangan bergejolak atau marah karena sudah waktunya untuk melaksanakan tugasnya untuk tegaknya keadilan tetapi masih ditunda oleh rezim yang berkuasa saat ini yang tidak menginginkan Indonesia sejahtera karena beraliran komunis atau istilah awam PKI, itu sesuai dengan bait 173 ramalan Jayabaya atau (lihat pada pertengahan menu ini/ menu notonegoro) Ringkasan Buku Jayabaya.
Begitu juga gempa dan tsunami yang terjadi beberapa tahun sebelumnya di Palu Sulawesi Tengah adalah gagang timbangan sebelah kiri atau timur menunggu pelaksanaan keadilan tapi belum juga terlaksana sehingga marah.
Gagang timbangan sebelah barat menahan beban Sumatera, Jawa, Kalimantan, gagang timbangan sebelah timur, menahan beban Maluku, Irian Jaya sehingga terjadilah keadilan di Indonesia dan tidak ada lagi suara separatis dari Sabang sampai Merauke maka jayalah Indonesia sepanjang masa.
Kami (notonegoro ke 5 & 6/Sudirman & 3 Roh) mengimbau kepada tokoh seluruh penjuru pulau Sulawesi, untuk segera bersatu tidak terkecuali saudara-saudara di seluruh pulau Sumatera, pulau Jawa, pulau Kalimantan, pulau Irian(Papua), kepulauan Maluku dan bantu kami agar kejayaan negeri ini dari Sabang sampai Merauke segera tercapai demi anak cucu bangsa kami semua, Amin ya Rabbal Alamin.
Makna Bait 164 ialah Menyatunya Pulau Jawa dengan Seluruh Pulau di Luar Pulau Jawa
Untuk memahami Ramalan Jayabaya tentang hubungan pulau Jawa dan pulau luar Jawa, dapat dilihat pada Makna atau Arti bait 164.
Bait 164 (bhs Jawa)
putra kinasih swargi kang jumeneng ing gunung Lawu hiya yayi bethara mukti, hiya krisna, hiya herumuktimumpuni sakabehing lakunugel tanah Jawa kaping pindha ngerahake jin setan kumara prewangan, para lelembutke bawah perintah saeko proyo kinen ambantu manungso Jawapadha asesanti trisula weda landhepe triniji, suci bener, jejeg, jujur kadherekake Sabdopalon lan Noyogenggong
Bait 164 (bhs Indonesia)
“putra kesayangan almarhum yang bermukim di Gunung Lawu yaitu Kyai Batara Mukti, ya Kresna, ya Herumukti menjalani seluruh ajaran (ngelmu) memotong tanah Jawa kedua kalinya jin, setan dan seluruh mahluk halus berada dibawah perintahnya bersatu padu membantu manusia Jawa berpedoman pada trisula weda pedomannya tritunggal nan suci benar, lurus, jujur disertai Sabdopalon dan Noyogenggong”
Bait 164 (Makna atau Arti)
Pemimpin Adat Kajang (putra kesayangan almarhum) yang bermukim di bulukumba (yang bermukim di gunung Lawu) Kajang Bugis Makassar (yaitu kyai batara mukti), Ammatoa Kajang (ya Kresna ya Herumukti) memberi ijin atau restu adat (menjalani seluruh ajaran (ngelmu) agar Menyatunya Jawa dan luar Jawa jawa, sulawesi selatan (memotong tanah jawa kedua kalinya jin, setan) dan harus segera memimpin Indonesia setelah mendapat restu adat (dan seluruh mahluk halus berada di bawah perintahnya bersatu pada membantu manusia Jawa) dalam memimpin negara pedomannya Sudirman dan 3 Roh atau Satria Pinilih: Satria Piningit yaitu benar, lurus, jujur (berpedoman pada trisula wedha pedomannya tritunggal nan suci benar, lurus, jujur disertai Sabdopalon dan Noyogenggong)
Penjelasan makna bait 164 :
Pada akhir bait 164, tertulis Sabdopalon dan Noyogenggong,
Sabdopalon = Sudirman sedangkan Noyogenggong = 3 kembar Roh/3 Roh. Atau notonegoro ke 5 & 6
5 = Sudirman,
6 = 3 Roh (satria pinilih: satria piningit)
Pengertian makna bait 164 di atas, Jika restu adat telah diberikan oleh Adat Kajang, maka ketika kekuasaan pemerintahan di pimpin oleh Sudirman dan 3 Roh, maka Pulau Jawa dan Pulau-pulau luar Jawa pasti menyatu dan tidak terpisah-pisah atau pecah.
# Mengapa Jawa, Sulawesi -Selatan ? (jin, setan) ? Karena Jawa berada di bagian timur Indonesia barat, sedangkan Sulawesi – Selatan berada di bagian barat Indonesia bagian timur. Dengan menyatunya dua pulau besar Indonesia sebagai ikon menyatunya seluruh pulau indonesia baik dari timur ke barat maupun sebaliknya dari barat ke timur
# Pertanyaan berikutnya Mengapa Jawa, Sulawesi-Selatan? (jin, Setan) ? Karena 4 Notonegoro berasal dari Jawa dan 4 notonegoro berasal dari Sulawesi -Selatan (Sudirman dan 3 Roh).
# Pertanyaan berikutnya lagi mengapa Jawa, Sulawesi Selatan? (Jin, Setan)? Karena Adat Badui di Jawa memberi Restu Adat pertama dan Adat Kajang di Sulawesi-Selatan memberi Restu Adat Terakhir.
Melintasi dua Pulau Besar Indonesia dengan kendaraan mobil Suzuki Katana biaya dari sumbangan masyarakat demi bersatunya seluruh pulau Indonesia
Bait 164 ini kami kerjakan sekitar (2016, 2023/2024) di Sulawesi-Selatan dan di Pulau Jawa karena ada kesalahan sekarang sdh kami perbaiki dan sesuai.
Tahun 2023/2024 kami kerjakan bait 164, 171, dan 161 secara bersamaan di Sulawesi Selatan selama 8 bulan. Sekarang penyelesaian
Bait 171 dan Bait 166, kami sedang menunggu bantuan Majelis/MPR RI karena penyelesaian kedua Bait tersebut tergantung Majelis/MPR. Bait 171 dan 166 adalah Bait Spesifik Assessibilitas Majelis/MPR karena nama Majelis/MPR dominan dalam kedua bait tersebut.
Cerita Rakyat Nusantara di Jawa
Di zaman kerajaan kediri, kedua istilah tersebut sangat terkenal dan populer di masyarakat Jawa dan orang Jawa berharap munculnya Sabdopalon dan Noyogenggong di masa depan di waktu itu.
Berapa banyak kita lihat kasus di luar pulau Jawa yang ingin memisahkan diri dari pulau Jawa dan Sumatera atau Indonesia katakanlah misalnya Aceh, Papua, IRAMA SUKA ini merupakan tugas berat bagi notonegoro ke 5 & 6 bersama rakyat Indonesia yang masih mencintai negara kesatuan Republik Indonesia untuk menyelamatkan Indonesia dari ancaman separatis tersebut agar kita tidak terpisahkan oleh politik praktis yang dapat merugikan kita semua.
Makna Bait 160 ialah Hilangnya Kesengsaraan Rakyat yang Berlarut-larut
Bait 160 (bhs Jawa)
sadurunge ana tetenger lintang kemukus lawa ngalu-ngalu tumanja ana kidul wetan bener lawase pitung bengi prak esuk bener ilange bethara surya njumedhul bebarengan sing wis mungkur prihatine manungsa kelantur-lantur iku tandane putra Batara Indra wis katon tumeka ing arcapada ambebantu wong Jawa
Bait 160 (bhs Indonesia)
sebelumnya akan ada pertanda bintang pari panjang sekali tepat di arah Tenggara selama tujuh malam hilangya menjelang pagi sekali bersamaan dengan munculnya Batara Surya berbarengan dengan hilangnya kesengsaraan manusia yang berlarut-larut itulah tanda Putra Batara Indra sudah tampak datang di bumi untuk membantu orang Jawa
Bait 160 (Makna atau Arti)
Saya harus mencari sumbangan mulai dari kota Padang sampai kota Bandung sejauh 1500 km, 7 Propinsi/Sumbar, Jambi, Sumsel, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jabar. Dari Padang ke Lampung arah pulau sumatera serong ke tenggara, dengan selesainya bait ini dikerjakan dengan baik bermakna bahwa ketika Putra Sinar dari timur Indonesia (Putra Batara Indra) memimpin Negara maka kesengsaraan rakyat Indonesia benar-benar hilang.
pengertian datang ke bumi : yakni Noyogenggong dari langit turun ke bumi menemani Sabdopalon untuk membereskan persoalan rakyat Indonesia.
Penjelasan makna Bait 160 adalah Padang = padang mahsyar, Bandung adalah syurga, jarak 7 propinsi adalah jembatan siraat (3 unsur penting alam akhirat). Jika bait 160 ini dikerjakan sebagaimana mestinya, maka ketika Sabdopalon dan Noyogenggong memimpin negara Indonesia atau menjadi presiden maka kesengsaraan atau kemiskinan rakyat akan hilang.
Menyetir Mobil sambil berjalan kaki secara bergantian sejauh 1500 km x 2 (3,) = 9000 km demi hilangnya kesengsaraan dan kemiskinan rskyat Indonesia
Bait 160 ini kami kerjakan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut (2020, 2021, 2022) Bandung-Padang 1500 km Padang-Bandung 1500 km = 3000 km x 3 = 9000 km.
Karena tahun pertama dan kedua terjadi kesalahan sehingga harus diulang sampai tahun ke tiga karena harus dikerjakan sesuai makna bait agar nanti hasil maknanya benar-benar tercapai sebagaimana harapan rakyat Indonesia.